Propolis sangat menarik minat para peneliti pada beberapa dekade terakhir kerena memiliki sifat biologis dan farmakoilogi seperti immunomodulator, anti tumor, anti mikroba, anti peradangan, dan anti oksidan. Pendekatan metode ethnopharmacologikal yang mengkombinasikan metode kimia dan biologis dapat mengarahkan penggunaan profolis pada industri farmakologi .
Propolis ternyata bukan merupakan temuan baru, penggunan propolis telah dilakukan pada zaman prasejarah, sekitar 300 sm yang lalu. propolis digunakan sebagai obat dan popular di berbagai belahan dunia. Mesir, Yunani, dan Roma telah menggunakan propolis untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seerti luka di kulit karena propols memiliki agen anti inflamasi yang dapat menyembuhkan luka dan bisul. mesir kuno menggunakan propolis untuk mengawetkan mayat dan digunakan selama perang boer untuk mengobati luka. Walau penggunaannya untuk pengobatan masih berlanjut sampai sekarang namun penelitian tentang sifat biologi dari propolis baru menarik perhatian ilmuan beberapa tahun belakangan ini.
Propolis adalah bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah dari kuncup dan eksudat tanaman yang kemudian diubah oleh enzim lebah, warnanya bervariasi, ada yang hijau, merah dan coklat gelap. Propolis memiliki aroma yang khas dan memiliki daya rekat yang kuat karena berhubungan dengan minyak dan protein. Secara umum kandungan propolis alami adalah, lilin 30%, resin dan minyak balsam 50%, minyak esensial dan aromatic 10% dan serbuk sari 5% dan bahan lainnya. Secara etimologi, Propolis berasal dari kata yunani yaitu pro yang berarti untuk atau dalam pertahanan dan polis yang berarti kota, atau pertahanan sarang. Lebah menggunakan propolis untuk menutup lubang di sarang yang mereka bangun dan menutup bangkai hewan lain yang terperangkap dalam sarang untuk menghindari proses dekomposisi. Propolis juga melindungi koloni lebah dari serangan penyakit karena khasiat anti mikroba dan anti septic yang dikandungnya.
Pemberian proplis pada tikus dan manusia tidak memberikan efek samping karena propolis tidak beracun, dan letal dosis berkisar antara 2-7,3 g/kg pada tikus. Konsetrasi proplis yang aman dikonsumsi manusia adalah 1,4 mg/kg atau sekitar 70 mg/hari.
Beberapa peneliti telah melaporkan antitumor propolsi secara invitro dan in vivo. Aktivitas antiproliferasi propolis pada sel tumor telah telah dibuktikan dan beberapa senyawa penting telah diisolasi. Pemberian propolis 10% selama 3 hari telah meningkatkan aktivitas sel sitotoksit NK terhadap limfoma murine. Temuan ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang membarikan propolis selama jangka pendek yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan respon immunologi. Propolis memiliki sifat antitumor dan anti kanker dan antimutagenik cukup menjanjikan, tetapi mekanismenya masih belum jelas.
Masih banyak yang perlu dikaji dari manfaat propolis ini, dan bagaimana dengan penggunaan dalam bidang budidaya perairan, seperti untuk meningkatkan sistem immune ikan… anda tertarik?????
0 komentar:
Posting Komentar