Lobster adalah salah satu arthropoda bertubuh besar dan oranisme laut yang modern dan mampu hidup dalam jangka waktu yang lama. Secara ekologis sangat penting karena berperan sebagai konsumen ekosistem laut baik di daerah beriklim sedang maupun di wilayah tropis. Di beberapa bagian di dunia, lobster merupakan komoditas utama pendukung perikanan komersial yang penting. Karena sangat dipengaruhi oleh proses demografi seperti kelangsungan hidup, reproduksi dan pergerakan, maka pemahaman proses pertumbuhan merupakan kunci untuk memahami dinamika poplasi, ekologi dan manajemen yang berkelanjutan .
Pertumbuhan lobster dapat sangat bervariasi, yang mencerminkan efek perubahan kuantum terkait dengan moulting dan probabilitas distribusi peningkatan ukuran tubuh. Fokus terakhir perkembangan pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan bagaimana untuk memasukkan variabilitas dalam dinamika populasi pemodelan untukmeningkatkan kemampuan kita untuk menilai dan menduga tren populasi.
Gambar 1. Pola pertumbuhan lobster Homarus americanus yang dibudidayakan, menggambarkan variabilitas pola pertumbuhan.
Lobster memiliki siklus hidup yang kompleks dengan fase dewasa yang panjang, perkembangan awal yang relatif terlambat dibanding dengan proses kedewasaan, embrio dierami selama berbulan bulan, larva menetas dan bersifat planktonik selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dan bermetamorfosis ke postlarva yang akhirnya menempel, moulting ke juvenil dan memakan keberadaan bentik. Pada lobster, larva nauplius berkembang sepenuhnya dalam membran embrio dan menetas sebagai perkembangannya mirip dengan zoea kepiting brachyuran. Nephropids merupakan sebagai tahap I larva, dan Palinurids dan scyllarids sebagai stadium I phyllosoma. Morfologi capit dan duri larva lobster sangat beragam Ukuran larva dan postlarvae membagi cukup jelas sepanjang garis taksonomi. Larva dan postlarva lobster Nephropids lebih kecil disbanding larva Palinurids dan scyllarids.
Pada lobster Nephropids hanya ada tiga morfologis larva instar yang berbeda , tahap I-III. Pada lobster berduri, larva instar yang lebih banyak dan tahapan morfologi phyllosoma dapat berkurang tergantung fase instar.
Sebagai contoh Jasus edwardsii, misalnya, menyempurnakan semua tahapan phyllosoma dalam 13 hingga 17 instar. Larva dari Palinurids dan lobster Nephropids yang planktivorous dan lebih menyukai makan zooplankton. Pada tahap akhir larva instar lobster mengalami metamorfosis untuk postlarva yang sama dengan perkembangan megalopa di kepiting brachyuran. Pada lobster Palinurids dan scyllarids. tahap ini disebut puerulus. Tahap postlarval yang hampir menyerupai dewasa dan merupakan tahap dalam keadaan bentik.
0 komentar:
Posting Komentar