Subscribe:

Ads 468x60px

sedang melaut

Rabu, 15 Juni 2011

seks reversal pada ikan

Jenis kelamin suatu organisme ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan dan kondisi genetic. Secara genetis, kromosom memegang peranan penting dalam menentukan jenis kelamin (kromosom seks atau gonosom) . Untuk mendapatkan jenis kelamin ikan sesuai dengan yang diinginkan dapat dilakukan beberapa cara yatiu perlakuan dengan hormon, manipulasi kromosom, dan kombinasi keduanya serta melalui proses hibridisasi, ginogenesis, androgenesis .
Sex reversal adalah suatu metode untuk mengubah jenis kelamin ikan secara buatan dari betina menjadi jantan atau sebaliknya. Perubahan jenis kelamin dimungkinkan karena pada fase pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin dan belum ada pembentukan steroid sehingga pembentukan kelamin dapat diarahkan dengan menggunakan hormon steroid sintesis. Hormon mengatur beberapa fenomena reproduksi misalnya proses diferensiasi gonad, pembentukan gamet, ovulasi, perubahan morfologis atau fisiologis pada musim pemijahan atau produksi feromon. Diferensiasi gonod terjadi lebih dahulu diikuti fenomena lain.
Steroid seks yang berfungsi mengubah jenis kelamin adalah androgen (testosterone, metltestoteron dll) yang memberikan efek maskulinitas dan estrogen (estron, estrodiol dll) yang memiliki pengaruh feminitas. Androgen dihasilkan oleh testis, korteks adrenal dan ovary. Salah satu hormon alami androgen adalah testosterone. Derivat dari hormon ini merupakan hormon steroid sintesis dan telah berhasil digunakan untuk merangsang perubahan jenis kelamin dari betina menjadi jantan adalah 17α-metiltestoteron.
Hormon androgen sintesis memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan yang alami kecuali hormon testoteron propionate. Hal ini terjadi karena hormon 17α-metiltestoteron dapat bereaksi lebih lama pada target sel dibanding dengan androgen alami, dan metiltestoteron dieliminasi lebih lambat daripada testoteron. Metiltestoteron pada ikan jantan meningkatkan spermatogenesis sedang pada betina mendorong timbulnya karakter sekunder sex jantan seperti perpanjangan sirip anal pada ikan gapi dan dapat menyebabkan reabsorpsi telur dan degenerasi ovary.
Keberhasilan penggunaan hormon steroid untuk mengubah jenis kelamin ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama dan waktu pemberian hormon, cara pemberian hormon dan suhu pada saat perlakuan. Pemilihan yang tidak tepat akan menyebabkan kegagalan. Faktor yang mempengaruhi dosis optimum hormon steroid diantaranya adalah aktivias biologi hormon, cara pemberian, spesies ikan dan lama perlakuan.
Dosis optimum pada ikan salmon adalah 0,2 mg/l melalui perendaman selama 120 menit. Pemeberian dosis berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Efek lainnya adalah terjadinya paradoksial yaitu timbulnya sifat feminisme pada gonad ikan yang bergenotipe jantan setelah pemberian 17α-metiltestoteron dosis tinggi. Apabila hormon androgen diberikan dalam jumlah berlebihan, jantan dan betina dengan masing-masing akan berdiferensiasi menjadi jantan dengan testes mengecil dan akhirnya menjadi mandul karena kerusakan permanen pada sel-sel germinal. Keadaan yang serupa terjadi apabila waktu pemberian hormon terlalu lama, dimana perkembangan gonad dan pembentukan gamet terhambat. Untuk memperoleh perendaman efektif perlu diperhatikan hubungan antara dosis dan lama waktu perendaman. Umumnya perendaman dosis tinggi memerlukan waktu yang singkat.
Pemberian hormon dilakukan dengan dua cara yaitu penambahan hormon ke dalam media air pemeliharaan atau dicampur dengan pakan, Pemberian steroid melalui pakan mudah dilakukan tetapi terbatas hanya pada ikan yang dapat menerima pakan buatan dan steroid kemungkinan dapat mengalami pencucian selama di dalam air. Pada ikan ikan tertentu seperti pada ikan salmon, diferensiasi seks jantan dimulai sebelum ikan mulai makan, sehingga prosedur yang digunakan adalah perendaman alevin di dalam air yang mengandung hormon steroid atau perendaman telur pada stadia bintik mata.
Perendaman telur ikan salmon Chinook dalam larutan 17α-metiltestoteron pada stadia bintik mata dan dilanjutkan dengan perendaman alevin ( double immersion)dapat menghasilkan ikan jantan 100%. Hasil yang sama diperoleh pada perendaman yang dilakukan hanya pada stadia bintik mata (single immersion) dengan dosis 0,2 mg/l selama 120 menit pada suhu 100C. Hal ini menunjukkan bahwa diferensiasi seks pada iakn salmon Chinook sangat labil dan mudah dipengaruhi oleh androgen pada saat telur akan menetas sampai kuning telur habis.

0 komentar: